Pengetian Thoriqoh.
Arti Thoriqoh menurut bahasa adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran, maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.
Arti Thoriqoh menurut bahasa adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran, maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.
Sekitar abad ke 2 dan ke 3 Hijriyah lahirlah kelompok-kelompok dengan
metoda latihan berintikan ajaran “Dzikrullah” . Sumber ajarannya tidak terlepas
dari ajaran Rasulullah SAW. Kelompok-kelompok ini kemudian menamakan dirinya
dengan nama “Thoriqoh”, yang berpredikat/ bernama sesuai dengan pembawa ajaran
itu. Maka terdapatlah beberapa nama antara lain :
a. Thoriqoh Qadiriyah, pembawa ajarannya adalah :Syekh Abdul Qodir Jaelani
q.s. (Qaddasallahu sirrahu).
b. Thoriqoh Syadzaliyah,
pembawa ajarannya : Syekh Abu Hasan As-Syadzali q.s.
c. Thoriqoh Naqsabandiyah
: pembawa ajarannya : Syekh Baha’uddin An-Naqsabandi q.s.
d. Thoriqoh Rifa’iyah,
pembawa ajarannya : Syekh Ahmad bin Abil Hasan Ar-Rifa’ i q.s.
dan masih banyak lagi
nama-nama Thoriqoh yang sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. :
“Jika mereka benar-benar
istiqomah – (tetap pendirian/terus- menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu,
sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-
limpah. (Q.S. Al-Jin : 16)
Dalam
pertumbuhannya, para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang
tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu’tabaroh
(diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu’tabaroh (tidak diakui keberadaannya/
kesahihannya) .
Seseorang yang
menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai salik (orang yang berjalan) sedang
cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak
hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan
yang dimaksud.
Dalam menempuh
jalan (thoriqoh) untuk membuka rahasia dan tersingkapnya dinding (hijab) maka
mereka mengadakan kegiatan batin, riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan)
keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang
mengerjakan dinamakan “salik”.
Maka cukup jelaslah
bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode untuk menempuh jalan yang pada
akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan. Dimana seseorang dapat melihat
Tuhannya dengan mata hatinya (ainul basiroh), sesuai dengan hadist sebagai
berikut :
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Pada suatu hari,
Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki
dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab:
Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat- Nya, kitab-kitab- Nya,
pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul- Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu
bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab:
Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan- Nya dengan
apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan
Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?
Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu
melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?
Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih
tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan
tanda-tandanya; Apabila
budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.
Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di
antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan
gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui
oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. {QS Al-Lukman ayat 34}
Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia
kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat
seorang pun. Rasulullah saw.
bersabda: Ia adalah
Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka
(HR Bukhari dan Muslim)
Hadist tersebut
jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim,
tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri
yang ‘ihsan’, dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai
derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Hal yang demikian
didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah SAW. Ya
Rasulullah, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan. Jawab
Rasulullah : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrullah.
Dalam hal ini pun
Allah SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim ;
28. (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS Ar-Ra’d ayat 28)
Dengan demikian jelaslah
bahwa jalan yang sedekat-dekatnya mencapai Allah SWT ; merasa dilihat dan
diperhatikan, hanya bisa diraih oleh seorang hamba dengan dzikir kepadaNya
(Zikrullah), disamping melakukan latihan (riyadoh) lahir-batin seperti yang
biasa dilakukan oleh orang-orang Shufi antara lain : Ikhlas, jujur, zuhud,
muraqabah, musyahadah, tajarrud, mahabah, cinta kepada Allah SWT. dan lain
sebagainya, yang merupakan bentuk dari dzikrullah itu sendiri; para ulama
thariqah/tasawuf mendefinisikannya dalam bentuk dzikrullah Amaliyah.
Melihat petunjuk Allah
dan Rasulullah SAW tersebut, maka Thoriqah mempunyai dua pengertian :
Pertama : Ia berarti
metode bimbingan spiritual kepada individu (perorangan) dalam mengarahkan
kehidupannya menuju kedekatan dengan Tuhan.
Kedua : Thoriqoh sebagai
persaudaraan kaum Shufi yang ditandai adanya lembaga formal seperti zawiyah,
ribath, atau khanaqah.
Kedudukan Guru Thoriqoh
diperkokoh dengan adanya ajaran wasilah dan silsilah(sanad) . Keyakinan
berwasilah dengan Guru diper-erat dengan kepercayaan karomah, barokah dan
syafa’at atau limpahan pertolongan dari Allah SWT melalui KaruniaNya kepada
guru. Kepatuhan murid kepada Guru dalam Thoriqoh digambarkan seperti mayat di
tangan orang yang memandikannya.
Dengan demikian dapat
diambil benang merah bahwa inti Thoriqoh adalah wushul (bertemu) dengan Allah.
Jika hendak bertemu, maka jalan yang dapat dipakai bisa bermacam-macam. Ibarat
orang mau berpergian menuju Jakarta, kalau orang itu berangkat dari Surabaya ya
harus menuju ke barat. Berbeda jika orang itu berangkat dari Medan ya harus
berjalan ke timur menuju Jakarta. Ini artinya bahwa Thoriqoh yang ada, terutama
di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu wushul, kepada Allah SWT.
II. Jalan menuju wushul
ilallah
a. Melalui Muraqabah.
Petunjuk Al-Qur’an
tentang Muraqabah/pendekata n diri kepada Allah SWT. disebutkan dalam Al-Qur’an
antara lain :
Dan apabila hamba-hamba-
Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat.
aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(S. Al Baqarah : 186).
Ketahuilah wahai
saudaraku, Allah SWT selalu mengawasi segala sesuatu, sebagaimana ditegaskan
dalam Al-Qur’an S. Al-Ahzab (33) : 52.
52. ……………. dan adalah
Allah Maha mengawasi segala sesuatu.
Hal ini mengandung
pelajaran bahwa seseorang selalu merasa diawasi/diintai oleh Allah SWT, karena
pada dasarnya Allah adalah sangat dekat dengan hamba-hambanya, sebagaimana
petunjuk S. Al-Qof (50) : 16.
16. dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
Demikian juga petunjuk
dari Al-Qur’an dalam S. Al-Hadid (57) : 4.
4. Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas
´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.
Hadis Nabi SAW. juga
memberi arahan yakni ketika Nabi menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang
Ihsan, beliau menjawab : Hendaklah engkau beribadah kepada Allah se-olah-olah
engkau melihat nya. Apabila engkau tak mampu melihat- Nya, yakinlah bahwasanya
Allah melihatmu.
(HR. Bukhari-Muslim) .
Kesadaran rohani bahwa
Allah SWT. selalu hadir di dalam dan disekitar dirinya akan menjadikan dirinya
selalu merasa diawasi segala apa yang dilakukan, bahkan sampai apa yang
terlintas dalam hatinya.
Banyak kisah dalam dunia
sufi Guru dan santrinya yang empat orang itu, satu diantaranya tidak mau
menyembelih ayam yang diberikan oleh sang Guru, karena bagi Allah tidak ada
suatu yang tersembunyi, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka luluslah
murid tersebut dari ujian yang diberikan gurunya tersebut.
Selanjutnya Al-Imam
al-Qusairi.rhm berkata : “Barang siapa yang muraqabah dengan Allah dalam
hatinya, maka Allah akan memiliharanya dari perbuatan dosa pada anggota
tubuhnya. Imam tokoh Sufi Sufyan Sauri.rhm juga berpesan hendaklah engkau
melakukan muraqobah terhadap Dzat yang tidak lagi samar terhadap segala
sesuatu, hendaklah engkau selalu mengharap raja’ (pengharapan dengan sangat
berharap) terhadap Dzat yang memiliki siksa (Abu Bakar Jabir al-Jazairi 1976 :
85).
Maka dari uraian diatas
dapat dicermati adanya dampak positif muroqobah bagi yang mampu melakukannya,
yakni :
q Memiliki rasa malu yang
positif.
q Akan senantiasa
hati-hati dalam segala ucapan dan perbuatannya.
q Tidak pernah merasa
ditinggalkan oleh Allah meski sendirian ataupun kelihatan doanya yang dipanjatkan
belum dikabul kan
q Tidak mudah putus asa
apapun nasib yang menimpanya
q Menjadi hamba yang
mukhlis sebagai diisyaratkan dalam Al-Qur’an S. Yusuf (12) : 24.
24. Sesungguhnya wanita
itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia (Nabi Yusuf) tidak
melihat tanda (dari) Tuhannya[*]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari
padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba
Kami yang terpilih.
[*] Ayat ini tidaklah
menunjukkan bahwa Nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk terhadap wanita
itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata Nabi
Yusuf tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah s.w.t tentu Dia jatuh ke
dalam kemaksiatan. Dan ayat inilah menunjukkan keimanan dari Nabi Yusuf yang
kuat dalam melaksanakan Ihsan, merasa dilihat dan diawasi oleh Allah SWT.
b. Melalui Muhasabah
Muhasabah berarti orang
selalu memikirkan, memperhatikan dan memperhitung& shy;kan apa saja yang
telah dan yang akan di perbuat. Pedomannya dalam S. Al-Hasyr (59) : 18.
18. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari pengertian ini dapat
diambil pelajaran bahwa Muhasabah :
1. Membuktikan adanya
iman dan takwa kepada Allah dalam dirinya dan Allah mengakui hal itu. Bagi
ummat Islam, iman merupakan kekuatan yang maha dahsyat untuk memelihara manusia
dari nilai-nilai rendah, dan merupakan alat yang menggerakan manusia untuk
meningkatkan nilai luhur dan moral yang bersih. Orang yang beriman akan
berusaha mengamalkan akhlak yang mulia/mah mudah, bukan akhlak yang
tercela/mazmumah dalam kehidupannya sehari- hari sehingga orang tersebut akan
terhindar dari kejahatan apapun. Itulah gambaran orang bertakwa, bersih dari
dosa, dapat mengalahkan tuntutan hawa nafsu.
2. Orang yang bermuhasabah,
pasti mempunyai keyakinan akan datangnya Hari Pembalasan (secara khusus) begitu
merasuk dalam hatinya sehingga ia merasa pelu sangat hati-hati dalam setiap
langkahnya. Dia tidak berani main-main akan larangan Allah SWT.
3. Orang tersebut akan
selalu berusaha meningkatkan kualitas amalnya, karena ia merasa tak mau merugi
dari hari ke hari. Ibaratnya seperti pedagang, sebelum berangkat akan
memperhitungkan berapa modalnya, berapa pula ia harus menjual dagangannya, dan
setelah selesai akan menghitung lagi berapa hasil uang yang bisa dibawa pulang.
Begitu juga dalam hal beragama, modalnya adalah kumpulan kewajiban yang
berhasil dikerjakan, sedang labanya adalah amalan-amalan sunnah yang berhasil
dikerjakannya.
4. Pesan Sayidina Amirul
Mukminin Umar bin Khattab r.a : Perhitungkanlah dirimu sendiri sebelum dirimu
diperhitungkan. Oleh karena itu sikap hidup muraqobah dan muhasabah merupakan
peningkatan ruhaniyah dan mental manusia sehingga benar-benar menjadi hamba
Allah yang bertakwa, hidup dalam ketaatan dan terhindar dari maksiat.
c. Melalui Dzikir
Dzikir berarti ingat,
mengingat, merenung, menyebut. Termasuk dalam pengertian dzikir ialah dia,
membaca Al-Qur’an, tasbih (mensucikan Allah) tahmid (memuji Allah), takbir
(membesarkan Allah) tahlil (mentauhidkan Allah), istighfar (memohon ampun
kepada Allah) hauqalah (membaca lahula wala quwwata illah billahi ‘aliylil
‘adziem) dan lain sebagainya.
Ada dzikir yang menyatu
dengan ibadah lainnya seperti dengan salat, thawaf, sa’i, wukuf dan lain
sebagainya. Dan ada pula dzikir yang dilakukan secara khusus/ter sendiri
diucapkan pada saat-saat tertentu, atau pada, setiap saat. Ada dzikir yang
jumlahnya tidak ditentukan oleh syara’, tetapi ada dzikir yang jumlahnya
ditentukan oleh syara’ menurut ketentuan Thoriqoh yang bersangkutan, Nabi SAW.
sendiri baik dengan pernyataan beliau maupun dengan contoh amalan beliau.
Sedang dzikir dalam pengertian ingat atau mengingat Allah, seharusnya dilakukan
pada setiap saat. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang Muslim
hendaknya jangan sampai melupakan Allah SWT.
Dimanapun seorang Muslim
berada, hendaknya selalu ingat kepada Allah, sehingga melahirkan cinta beramal
saleh kepada Allah dan malu berbuat dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Dzikir
dalam arti menyebut asma Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut
wind atau jamaknya disebut aurad.
Dzikir dalam menyebut
asma Allah termasuk ibadah makhdhoh yaitu ibadah langsung kepada Allah SWT.
Sebagai ibadah langsung, maka terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada
Allah SWT, yaitu mesti ma’sur ada contoh atau ada perintah dari Rasulullah SWT.
atau ada izin dari beliau. Artinya jenis dzikir ini tidak boleh dikarang oleh
seseorang. Dzikir hanyalah mengingat atau menyebut asma Allah, atau nama-nama
Allah atau kalamullah, Al-Qur’an.
Petunjuk Al-Qur’an dan
Hadis perihal kegiatan dzikir cukup banyak, antara lain dapat disebutkan :
Firman Allah : Ingatlah
kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu.
(S. Al-Baqarah (2) : 152)
41. Hai orang-orang yang
beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.
(S. Al-Ahzab (33) : 41).
191. (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
(Q.S. Ali-Imran : 191).
205. dan sebutlah (nama)
Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk
orang-orang yang lalai.(S. Al-A’rof (7) : 205).
28. (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(S. Ar-Ra’du (13) :
28).
Hadis-hadis Nabi :
Telah berfirman Allah
SWT. (dalam suatu hadis Qudsi) : Aku bersama-sama hamba-Ku selama ini mengingat
Aku dan bibirnya bergerak menyebut nama-Ku. (HR. Al Baihaqy dan Ibnu Hiban).
Tak seorangpun manusia
mengerjakan suatu perbuatan yang dapat menjauhkan dari azab Allah SWT. lebih
baik dari pada dzikir. Para sahabat bertanya tidak pula jihad fi sabilillah,
kecuali apabila engkau menghantam musuh dengan pedangmu itu sehingga ia patah,
kemudian engkau menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah, kemudian
menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam
Al Musshanaf).
Rasulullah SAW. pernah
ditanya : Amalan apa yang paling afdol ? Jawab beliau : Engkau mati dalam
keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah (HR. Ibnu Hiban &
Athabrani).
Nabi SAW. telah bersabda
: Allah SWT. berfirman dalam suatu hadis qudsy : Barang siapa disibukkan dzikir
kepada-Ku, sedemikian sehingga tidak sempat memohon sesuatu dari-Ku, maka Aku
akan memberinya yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan kepada para pemohon
(HR. Bukhori)
Seorang tokoh Shufian
Abdul Qosim berkata : Ingat kepada Allah adalah bagian yang sangat kuat untuk
menempuh jalan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci. Bahkan sebagai
unit/pokok didalam jalan/thoriqah ini (jalan shufiyah). Dan seorang hanya dapat
sampai kepada Allah dengan terus menerus ingat kepada Allah (Abul Muhammad
Abdulah Al-Yafi’i : Nasrul Mahasin Al-Ghoyah : 247).
Perlu disampaikan secara
garis besar bahwa praktek dzikir dalam dunia thoriqoh, pelaksanaannya bisa
berbeda-beda dalam tehnisnya tergantung ciri dan kepribadian thoriqoh itu
sendiri sesuai petunjuk Mursyid nya.
Ulama Thoriqoh
membaca jenis dzikir menjadi tiga jenjang :
a. Dzikir lisan : Laa
ilaaha Illalah. Mulamula pelan kemudian bisa naik menjadi cepat setelah merasa
meresap dalam diH.
b. Dzikir qalbu (hati) :
Allah, Allah.
Mula-mula mulutnya
berdzikir diikuti oleh hati, kemudian dari hati ke mulut, lalu lidah berdzikir
sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal pikiran tidak jalan lagi, melainkan
terjadi sebagai Ilham yang menjelma Nur Ilahi dalam hati memberitahukan :
Innany Anal Laahu, yang naik ke mulut mengucapkan Allah, Allah.
c. Dzikir Sir atau
Rahasia : Hu Hu. Biasanya sebelum sampai ke tingkat dzikir orang itu sudah fana
lebih dahulu. Dalam situasi yang demikian perasaan antara diri dengan Dia
menjadi satu. Man lam jazuk Lam ya’rif : Barang siapa belum merasakan, maka is
belum mengetahui.
Adapun juga ulama
ahl-Thariqoh yang membagi jenis dzikir menjadi empat macam : Dzikir Qolbiyah,
Dzikir Aqliyah, Dzikir Lisan dan Dzikir Amaliyah.
Semua tehnis berdzikir
itu baik semua. Pada akhirnya terpulang kepada kemampuan kita masing-masing
untuk melaksanakan dzikir itu sesuai dengan pilihan Thoriqoh dan petunjuk
Mursyid yang bersangkutan selaku murid hanya bisa taat dengan petunjuk gurunya.
Demikian uraian
singkat kami dalam menyajikan Thoriqoh sebagai jalan- menuju khusnul khatimah,
yang semoga merupakan ikhtiar seorang hamba menjadi idaman bagi setiap muslim
diakhir hayatnya. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Dan Allah SWT, selalu
membimbing dan memberi hidayah kepada kita semua. Amin.
Wa min Allah at taufiq
hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
Sumber:
http://nasrimks.wordpress.com
mudah2han kita termasuk pada orang yg selalu ingat kepada Allah Taala
BalasHapussangat jelas dan sangat bermanfaat
BalasHapusSyukron
BalasHapusAamiin
BalasHapus